Selasa, 12 September 2017

Cerita Dewasa Kenangan 7 Jam Bercinta

Kisah Birahi 77 | | Cerita Dewasa Kenangan 7 Jam Bercinta- Awalnya ceritanya begini, waktu itu sekitar bulan Januari 2011, Aku ingin mengunjungi teman lama Aku di Puncak Bogor dengan kendaraan umum, aku sampai di satu kota yang menurut aku banyak menyimpan kenangan di masa lalu aku, sebab aku pernah merasakan kesegaran udara kota ini beberapa tahun yang lalu. Oh iya, aku sekarang berumur 30 tahun, umur yang sudah matang dan saya pernah mengenyam pendidikan di kota ini selama hampir 7 tahun.

Cerita Dewasa Kenangan 7 Jam Bercinta



Sampai di kota Bogor aku bingung ingin kemana dulu sebab setelah sampai, ada rasa rindu di dalam dada untuk mengetahui lebih lama tentang perubahan kota bogor ini. Setelah aku berkeliling di Kebun Raya saya merasa penat, akhirnya aku mampir ke pusat jajan di Mal Pasar kota Bogor. Pikiran aku menerawang jauh ke masa laluku, sambil berjalan aku mengamati banyak orang lalu lalang di sekitar mal itu.
Dalam hati mudah-mudahan saja bisa ketemu teman lama, jadi kan enak bisa ada yang temani aku. Ketika aku menuju sebuah tempat duduk di pusat jajanan aku berpapasan dengan seorang perempuan, yah sekitar 26 tahun gitu deh dengan pakaian rapi seperti karyawati pada umumnya. Dengan tersenyum aku menyapanya, “Hai,” masalahnya perempuan tersebut telah tersenyum duluan dengan aku. Perlu kalian diketahui aku memang kuper bila berhadapan dengan perempuan, aku tak berani bicara dahulu tanpa didahuluinya.

“Rasanya saya ini pernah kenal dengan.... Mas..”
Waaah saya dipanggil dengan “Mas”, tapi tak apa deh, dengan senyuman lagi saya menjawab,
“Dimana.....”
Dengan sedikit basa-basi akhirnya aku perkenalkan diriku dan ku ajak makan bersama, kebenaran aku sedang lapar sekali, eeeh ia juga mau. Sambil menikmati hidangan, aku banyak diam sebab aku takut, jangan-jangan aku dijebak oleh sesuatu yang tak ku tahui kemudian aku diperas, pikiran itu terus selalu menghantui aku.

Cerita Dewasa Kenangan 7 Jam Bercinta

Namun lama-kelamaan aku mulai memahami situasinya. Perempuan tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Yunita yang bekerja di salah satu perusahaan asuransi.
Dengan sedikit berhati-hati aku memberanikan diriku untuk mengajak Yunita untuk beristirahat, sebab dari pembicaraan antara aku dengan ia saya simpulkan Yunita juga sedang sumpek di dalam pikirannya, ia sedang mencari luapan emosinya yang mendera di lubuk hatinya.

Dengan sedikit halus Yunita menolak ajakan aku, sebab katanya ia takut aku berbuat jahat kepadanya. Waaah pikirannya sama dengan aku. Terus saya berpikir lagi, mungkin perempuan ini wanita yang tak benar (maaf.. WTS) gitu, tak tahunya perempuan ini benar-benar wanita karier, tapi belum menemukan karier yang begitu jelas.

Dari gaya bicaranya Yunita suka dengan aku, kemudian aku melanjutkan lagi diskusi sampai hampir satu jam lebih. Dengan sedikit ragu aku ajak kembali Yunita, akhirnya dengan senyum ia menyetujuinya tapi dengan syarat, katanya kalau aku jangan macam-macam. Waaaah saya jadi gemetaran, tapi naluri seorang laki-laki normal aku katakan, aku tidak akan macam-macam apabila ia tak mecam-macam juga.

Kami pun udah sepakat, kami langsung saja menuju ke sebuah tempat di daerah pinggiran kota Bogor, tempatnya begitu mendukung untuk sepasang yang lagi gundah untuk mengemukakan perasaan yang lebih lagi dan lagi. Saya memesan sebuah ruangan paviliun yang terdiri dari kamar mandi dan kamar tidur juga ada teras di dalam dengan nuansa alaminya. Yah di situlah aku melanjutkan kisah cerita dari hati ke hati. Aku mendengarkan dengan sabar namun sesekali saya berikan pandangan yang luas tentang arti hidup ini, memang benar kata teman-teman saya, saya dapat memberikan rasa nyaman bila mengobrol, itu kata teman-teman saya (khususnya untuk perempuan) aku sendiri tak merasa demikian, waaaah jadi GR nih.

Kurang lebih 45 menit berlalu tanpa saku duga sambil bercerita Yunita menangis sambil merapatkan kepalanya di lengan aku, waaah saya menjadi gerogi tapi aku menahan untuk terus memberikan dorongan yang moril.

Cerita Dewasa Kenangan 7 Jam Bercinta Di Puncak

Namun sekali lagi sebagai pria normal aku nggak bisa menahan gejolak aki-laki aku, aku belai rambutnya, Nggak lama kemudian tangisnya udah berhenti. Kami saling berpandangan sekian menit.

Selanjutnya Yunita memeluk erat tubuh aku, waaaah aku semakin tak karuan dibuatnya ni. Dengan bisikan yang halus aku mengingatkan jangan macam-macam, terus Yunita malah mempererat pelukannya dan juga berkata sepertinya kami memang sudah berbuat macam-macam, waaaah tantangan nih aku pikir. Aku balas pelukannya dengan sedikit perlahan dan aku kecup keningnya, lalu dengan refleks Yunita mencium bibir aku, yaah aku melayaninya dengan sedikit berhati-hati, akupun takut hatinya masih rapuh dan juga terbawa emosi saja.

Semakin lama ciuman pun semakin panas saja, aku mulai melakukan aksi menjalankan kewajiban sebagai seorang laki-laki memberikan kenikmatan kepada seorang perempuan. Dengan pasrah dibiarkannya payudaranyanya aku usap-usap terus aku remas dengan penuh perasaan. Sedikit demi sedikit aku melepaskan baju kerjanya yang terdiri dari beberapa kancing. Dan pada akhirnya terlepas juga semua bajunya dengan tangan kanan ku letakkan di atas meja dan sedangkan tangan kiriku terus saja bergerilia antara “Gunungnya”.

Sementara lidah kami terus bergelora saling melilit sesama. Makin ganas saja rupanya tanpa sedikit sabar kameja aku direnggutnya, aku maklumi saja gelora nafsunya semakin naik, ia melepaskan bibirnya kemudian menjilat-jilat leher aku. Waaaah aku tak tinggal diam, aku telusuri saja dengan lidah di balik telinga terus merayap ke lehernya dengan sedikit gigitan kecil, lalu aku kulum pentil payudaranya yang sedikit kecoklatan itu, semakin keras pentil payudaranya.

Aku gigit-gigit kecil, “Aaaaahh......aaaaahh......Maass...... tekann terussss....”
Tanpa aku sia-siakan, aku gotong tubuh setengah bugil ke atas tempat tidur dan aku rebahkan, kemudian aku lepaskan roknya, terlihatlah daging yang masih terlapisi sehelai bahan tipis yang tembus pandang itu. Aku terpana sejenak dengan pemandangan yang begitu indah yang susah dilukiskan dengan kata.

Kenangan 7 Jam Bercinta Di Dalam Hotel

Terus aku buka dengan perlahan-lahan sambil aku jilati dari pangkal paha sampai ke ujung kakinya, aku buat Yunita seperti mimpi. Tanpa aku perintah celana panjang aku dilepasnya hingga CD aku pun dilepaskan.

Waaaah “burung” aku rupanya sudah menggeliat dengan sangat elegans. Diusapnya dengan belaian yang begitu halus sambil sesekali dipijitnya, “Aaaaaahh..... aaaahh,” aku melenguh semakin bernafsu. Tiba-tiba dihisapnya ujung batang kemaluan aku, “Aaaaaahh..... aaaahh.... jangann!” dengan reflek aku angkat kepalanya, aku memang belum pernah dihisap kemaluanku oleh siapapun. Aku takut terkena penyakit, kata orang-orang pintar sih.

Namun tindakan aku malah membuat matanya semakin campur aduk. Ditepisnya tangan aku, dikulumnya lagi sambil bergerak maju dan mundur. Pikir aku, biarin deh aku yakin ia wanita bersih. aku merasakan dunia ini berputar begitu cepat, “Nikmaaatt..... aaaahh.... aaaaahh terus yang kencang sedotnya..... aaahh.... aaaahh....” tangan aku terus meremas-remas rambutnya yang terurai bebas lepas. Samakin lama ujung kemaluan aku berdenyut-denyut menandakan kalau aku hampir klimaks.

Aku sadar, kemudian aku memintanya untuk lepaskan kelumannya dan memberikan peluang istirahat, dengan sedikit merenggangkan kedua pahanya itu, aku usap dengan jari tengah bibir vaginannya yang sudah sangat basah dengan lendir kewanitaan. “Aaaaahh.....” lenguhan panjang terdengar, aku teruskan dengan menjilati di sekitar liang vaginanya.

Bokongnya digerakkan semakin liar aja dengan kedua tangannya menyanggah ke tubuhnya. Sedikit ku gigit ujung klitorisnya dia bergelinjang-glinjang hingga terlepas dari jangkauan lidahku. Saya berusaha untuk menghampiri lagi namun..... “Maaaass.... jangan terusskan.... aaaahh....” sambil tangannya menggenggam batang kemaluan aku dan ditariknya menuju liang vaginannya yang sudah sangat siap untuk dimasuki benda tumpul.

Dengan susah aku tekan, tak berhasil akibat licinnya landasan vaginannya dan sempitnya lubang surganya itu. Namin tanpa kehilangan kontrol akhirnya aku berhasil masuk, “Aaaaahh.... aaaahh..” aku diamkan saja beberapa detik di dalam kemudian aku gerakkan perlahan-lahan sambil meresapi kenikmatan yang ditimbulkan oleh gesekkan antara dua kutup yang saling membutuhkan ini.

Kisah Ngentot Di Bogor

Lima belas menit sduah berlalu kami saling cengkram, saling gigit, saling goyang, dan juga seterusnya pada akhirnya saya berinisiatif untuk di bawah agar kenikmatan ada pada perempuan.

Tanpa membuang waktu Yunita menggerakkan pantatnya turun dan juga naik sambil berputar putar mencari titik kenikmatan yang dasyat dengan beberapa gerakan tertentu. Aku merasakan Yunita makin nikmat bila pergerakan sedikit menekan ke arah samping kanan, mungkin disitulah letak syarafnya yang sangat sensitip bahkan super sensitip untuk dinikmati oleh seorang perempuan yang tengah dirasuki oleh kenikmatan yang luar biasa. Suara kami saling berautan seirama dengan gerakan yang semakin dasyat.

“Aaaaaakhh.....” dengan menghimpitkan kedua pahanya Yunita melenguh dengan kencang dan juga kejang. Waaaah, sudah orgasme rupanya Yunita. Saya semakin nafsu dibuatnya.

Beberapa saat ku balikkan tubuhnya itu, aku tekan dengan penis ku yang menurut ukurannya sedikit di atas normal dan juga berurat. Hal tersebut dikatakan oleh Yunita sebelum kami bertempur tadi. Aku tekan dari belakang, “Aaaaahhk.....” Aku pikir masuk ke liang dubur kok sempit kali namun tak tahunya benar-benar di liang vaginannya, katanya bila dimasukkan melalui belakang, dinding vaginanya semakin rapat sehingga dapat menyedot benda yang ada di sekitarnya.

“Teruuuss....... teruuuuss tekan..... aaaahkk,” tangan aku tidak lepas dari pentil payudaranya itu. Semakin lama ujung kemaluan aku berdenyut dengan keras, menandakan akan adanya semburan lahar panas. Aku hentikan tekanan kemaluan aku dalam lubang vaginannya. Aku balikkan lagi tubuhnya dengan sangat pelan tapi pasti. Aku ambil bantal untuk mengganjal pantatnya yang seksi itu agar ruang gerak vaginanya dapat aku masukkan ke lembah yang lebih dalam dan juga dasyat lagi.

Enaknya Ngentot Dengan Yunita

Benar juga ya, setelah aku lepaskan, Yunita bergelinjang sangat dasyatnya, “Aaaahhk..... aaaah.. aaaakk...... Maaaass.... kamu kenapa.... hmmmm....” waaaah tak ada kata lagi yang dapat diucapkan secara normal. Begitu pula aku dengan sedikit sisa tenaga yang ada, aku tekan sekuat dengan perasaan. Beberapa detik kemudian aku sadar akan bahaya bagi Yunita.

Lalu saya bisikan beberapa kata, “Yang..... aku..... tumpahkan..... dimaanaa....” dengan tersenyum dan matanya yang telah hilang hitamnya didekapnya aku sangat erat sambil berucap, “Tee..... terussin..... Maaaass....” dengan ucapan yang demikian aku mempercepat gerakanku tapi pasti, pada akhirnya..
“Aaaaaahhk.... aaaaoohh.... hhmmmm..... aaaahh....”
“Crooooott...... crooooott......... croooooott..... crooot..”
Aku dekap tubuhnya dengan erat, sangking dasyatnya permainan ini hingga aku takut kehilangan momentum yang tidak pernah aku dapati ini.

Aku dan Yunita saling peluk. “Terima kasih ya.... Maaaass..... karena telah..... memberikan semangat lahir dan juga batin,” sambil mengecup kening aku. Aku hanya bisa tersenyum dengan penuh arti. Pada akhirnya aku berpisah dan hingga saat ini aku tak pernah bertemu ia lagi. Jika dipikir-pikir hal tersebut bagaikan mimpi saja, namun itu kenyataan. Sering aku melamun, akankah hal tersebut dapat terjadi kembali? jawabnya hanya ada pada kenyataan alam saja ( tamat ).


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon